Ternyata cikal bakal perusahan rokok Dji Sam Soe (234) dulunya juga usaha jual arang

Repost dari akun FB FIRDAUS GAMEDA dengan judul :
YUK MENGENAL SEJARAH.

The Legend, Dji Sam Soe (234)

Pada 1898, bersama ayah dan kakak perempuannya, Liem Seeng Tee meninggalkan Provinsi Hokian di daratan China menuju Surabaya. Liem inilah generasi pertama dari generasi sukses Sampoerna. Pada 1912-1913, Liem berjualan arang dengan sepeda tua, yang mempertemukan dirinya dengan Tjiang Nio, yang kemudian menjadi pendamping hidupnya. Dia berjualan di warung yang disewa dari tabungan hasil kerjanya di pabrik rokok di Lamongan. Dari situlah dia menjual barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari, mulai dari bahan pangan sampai tembakau. Liem Seeng Tee dan istrinya menjual tembakau yang telah diracik dengan cita rasa tertentu (saos, cengkih dan sebagainya) sesuai dengan keinginan pembeli, yang kemudian dilinting menjadi rokok lintingan. Ternyata tembakau racikan mereka sangat digemari oleh pembeli dan usaha menjual rokok lintingan dengan tembakau racikan tersebut berkembang dengan pesat.
Pada tahun 1913 usaha tersebut dijadikan badan hukum dengan nama Handel Maatschappij Sampoerna. Liem pulalah yang pertama menjual rokok dengan aneka macam merek dagang, seperti Dji Sam Soe, 123, 720, 678, dan Djangan Lawan, yang ditujukan bagi semua segmen pasar. Bahkan, andalannya adalah Dji Sam Soe -hingga kini logo dan kemasannya masih dipertahankan.

Pada tahun 1920 Liem Seeng Tee mulai memperluas usaha penjualan rokok “Dji Sam Soe” dengan menggunakan sistem konsinyasi/keagenan, yang memungkinkan “Dji Sam Soe” dapat dijual ke luar Surabaya. Sejak adanya sistem keagenan tersebut dengan daya jangkau makin bertambah luas dan gaya kepemimpinan Liem Seeng Tee yang tekun (ditandai dengan kehadirannya yang terus-menerus dan minatnya dalam setiap tahap operasi pembuatan rokok) Sampoerna makin berkembang. Akhirnya pada tahun 1930 Liem Seeng Tee memindahkan pabrik dan keluarganya ke tempat yang sekarang kita kenal dengan nama Taman Sampoerna dan pada awal tahun 1940-an Sampoerna merupakan perusahaan rokok terbesar di pulau Jawa

Perang Dunia II telah memporak-porandakan usaha tersebut, namun setelah perang usai Liem Seeng Tee berusaha membangun kembali perusahaannya. Pada tahun 1949, “Dji Sam Soe” kembali berada di pasaran. Secara perlahan perusahaan berkembang lagi setelah para agen yang dahulu menjual “Dji Sam Soe” kembali menjual produk andalan tersebut. Namun dalam era Perang Dunia II selama kependudukan Jepang Liem Seeng Tee pernah ditawan oleh tentara Jepang. Setelah Indonesia merdeka, Liem Seeng Tee dibebaskan. Sejak saat itulah selalu diadakan selamatan di pabrik hingga kini. Dan sejak saat itu pabrik memberlakukan 27 Agustus sebagai hari lahir pabrik dan pendirinya Liem Seeng Tee.

berujung 9, tulisan "DJI SAM SOE" yang terdiri dari 9 huruf sebagaimana tulisan "SAMPOERNA", serta angka 2, 3, dan 4 yang mana apabila dijumlahkan menjadi 9. "Fatsal-5" di sini diartikan sebagai "racikan kelima", dan "Fatsal-9" pada varian sigaret kretek mesin diartikan sebagai "racikan kesembilan." Oleh karena itu, PT HM Sampoerna Tbk. menetapkan jumlah pekerja untuk memproduksi sigaret kretek tangan Dji Sam Soe adalah 234 (dua ratus tiga puluh empat) orang, tidak kurang dan tidak lebih.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ternyata cikal bakal perusahan rokok Dji Sam Soe (234) dulunya juga usaha jual arang"

Post a Comment